Tarif Spot vs Kontrak: Tantangan Baru bagi Logistik Global

ShippingCargo.co.id, Jakarta—Sejak pandemi Covid-19, industri logistik global menghadapi volatilitas tarif pengiriman yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tarif spot—yang ditentukan oleh permintaan dan pasokan sesaat—melonjak hingga 10 kali lipat pada puncak krisis 2021, sementara tarif kontrak naik lebih moderat namun tetap signifikan . Perbedaan ini memicu ketidakpastian bagi eksportir dan importir, terutama dalam perencanaan rantai pasok dan anggaran transportasi .
Perbedaan antara tarif spot dan tarif kontrak dalam industri pelayaran menjadi topik penting, terutama sejak pandemi COVID-19 mempengaruhi dinamika rantai pasok global. Tarif spot adalah harga pengiriman yang berlaku untuk transaksi segera, sementara tarif kontrak adalah harga yang disepakati untuk pengiriman di masa mendatang.
Bagi pengirim besar seperti Ikea atau Walmart, tarif kontrak jangka panjang (1-3 tahun) dengan komitmen volume minimum (MQC) menjadi pilihan utama untuk menjamin stabilitas pasokan dan biaya . Namun, bagi pelaku usaha kecil-menengah (UKM) yang bergerak di perdagangan ad hoc, ketergantungan pada tarif spot yang fluktuatif seringkali menggerus margin keuntungan.
Pandemi sendiri memang telah menyebabkan volatilitas tinggi pada tarif spot, mempengaruhi biaya operasional dan perencanaan logistik bagi pelaku industri. Perusahaan pelayaran global telah mengambil langkah-langkah seperti pembatalan jadwal pelayaran (blank sailing) untuk menstabilkan tarif dan mengelola kapasitas. Pemahaman mendalam tentang perbedaan dan implikasi antara kedua jenis tarif ini sangat penting bagi pengambilan keputusan strategis dalam manajemen rantai pasok dan logistik, per Marine Insight.
Dari perspektif operator kapal, keseimbangan antara kargo kontrak dan spot adalah kunci. . Namun, dengan normalisasi pasar pasca-Covid dan masuknya kapasitas kapal baru, tarif spot kini turun drastis, memaksa operator meninjau ulang strategi tarif kontrak mereka .
Masa depan industri logistik global dipenuhi tantangan. Infrastruktur pelabuhan yang masih terbatas, ketidakpastian geopolitik. Terlebih, perlambatan ekonomi global berpotensi memicu persaingan tarif yang semakin ketat .
Oleh karena itu, tarif spot dan kontrak perlu dijaga. Bagi eksportir, kemampuan memanfaatkan tarif spot yang rendah sambil menjaga stabilitas melalui kontrak jangka panjang akan menjadi kunci bertahan di tengah turbulensi pasar.