ShippingCargo.co.id, Jakarta —Laporan terbaru dari International Maritime Bureau (IMB) mengungkapkan bahwa insiden pembajakan dan perampokan bersenjata terhadap kapal mengalami lonjakan signifikan selama kuartal pertama 2025, naik sebesar 35% dibanding periode yang sama tahun lalu. Dari 45 insiden yang tercatat, sebanyak 37 melibatkan aksi boarding paksa, empat pembajakan kapal penuh, dan empat upaya penyerangan yang berhasil digagalkan.

Fokus utama dari peningkatan ini berada di perairan Selat Singapura—jalur pelayaran tersibuk di dunia—yang mencatat 27 insiden sepanjang Januari–Maret 2025. Jumlah tersebut melonjak drastis dari hanya tujuh insiden pada kuartal pertama 2024.

“Lonjakan insiden di Selat Singapura sangat mengkhawatirkan dan menekankan pentingnya perlindungan terhadap keselamatan pelaut yang melewati perairan ini,” ujar Direktur IMB Michael Howlett, per gCaptain.

Selain Selat Singapura, wilayah lain yang kembali menunjukkan aktivitas membahayakan adalah Somalia. Antara Februari dan Maret, tiga kapal dilaporkan dibajak di wilayah lepas pantai Somalia, mengakibatkan 26 awak kapal disandera. Meski seluruh awak dan kapal kini telah dibebaskan, kejadian ini menghidupkan kembali kekhawatiran lama terkait stabilitas kawasan tersebut.

Sementara itu, di Teluk Guinea—wilayah yang sebelumnya menjadi episentrum pembajakan dunia—tingkat insiden secara historis masih rendah. Namun, dua serangan terpisah baru-baru ini menunjukkan bahwa risiko tetap tinggi. Serangan terhadap kapal tanker bitumen di dekat Sao Tome dan kapal nelayan di selatan Ghana mengakibatkan 13 awak kapal diculik.

Secara keseluruhan, dampak terhadap kru kapal tetap berat: 37 orang disandera, 13 diculik, dua diancam, dan satu mengalami luka fisik.

IMB kembali mengingatkan operator kapal untuk mematuhi Industry Best Management Practice (BMP) yang berlaku di wilayah berisiko tinggi, guna meminimalisasi ancaman terhadap keselamatan maritim dan logistik global.