Home > News

Tarif Trump Melunak, Otomotif Teknologi Lega

Barang-barang elektronik mencakup 20 persen dari total impor Tiongkok ke AS.
Kegiatan ekspor impor berubah di bawah perang tarif Trump. Sumber: Freepik
Kegiatan ekspor impor berubah di bawah perang tarif Trump. Sumber: Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta — Presiden AS Donald Trump memberi sinyal pelonggaran kebijakan tarif impor yang selama ini menekan industri otomotif global. Dalam pernyataan terbaru di Gedung Putih, Senin (14/4/2025), Trump menyebut tengah mempertimbangkan keringanan tarif untuk produsen mobil, terutama yang sedang menyesuaikan rantai pasok dari Kanada, Meksiko, dan negara lain ke dalam negeri.

Langkah ini dinilai sebagai kemunduran strategis dari sikap keras Trump sebelumnya, yang sejak awal April telah menaikkan tarif impor mobil menjadi 25 persen—kebijakan yang sangat membebani produsen Jepang, Jerman, dan Korea Selatan. Kini, Trump mengatakan produsen hanya butuh waktu untuk melakukan transisi produksi ke AS.

Meski demikian, belum ada kejelasan apakah relaksasi ini akan berlaku bagi produsen asing seperti Jepang, yang tahun lalu mengekspor mobil senilai lebih dari 42 miliar dolar AS ke AS. Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang, Ryosei Akazawa, dijadwalkan datang ke Washington pekan ini untuk negosiasi khusus terkait tarif otomotif.

Penangguhan selama 90 hari juga diberlakukan terhadap kebijakan tarif “timbal balik” untuk sebagian negara mitra dagang. Namun, China tetap menjadi target utama dengan tarif total 145 persen. Produk teknologi tinggi seperti ponsel dan laptop mendapatkan pengecualian, memberi napas bagi perusahaan seperti Apple, Nvidia, dan Dell yang banyak memproduksi barangnya di Tiongkok, per Republika.

Meskipun sempat menyebutkan bahwa tarif akan memicu kebangkitan industri manufaktur domestik, data menunjukkan bahwa hanya sekitar 25 persen kendaraan dan komponennya benar-benar diproduksi di AS. Rantai pasok yang kompleks membuat relokasi industri tidak bisa dilakukan secepat keinginan pemerintah.

Pelonggaran ini terjadi di tengah kekhawatiran pasar akan resesi dan inflasi akibat perang tarif, serta tekanan logistik yang kian terasa pada pelabuhan dan distribusi. Gertakan Trump mungkin belum berakhir, tapi jelas telah mulai mengendur.

× Image