Home > Kebijakan

Teknologi Nuklir Dorong Pelayaran Bebas Emisi Karbon

Evaluasi berkala dan penyesuaian kebijakan akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa momentum positif ini berujung pada transformasi industri pelayaran menuju era baru yang berkelanjutan.
Reaktor Nuklir. Tenaga nuklir bisa jadi solusi industri maritim. Sumber: Freepik.
Reaktor Nuklir. Tenaga nuklir bisa jadi solusi industri maritim. Sumber: Freepik.

ShippingCargo.co.id, Jakarta— Teknologi nuklir semakin dipandang sebagai kunci dekarbonisasi maritim. Ketua dan CEO American Bureau of Shipping (ABS), Christopher J. Wiernicki, menegaskan bahwa penerapan teknologi ini sangat penting untuk mencapai emisi nol karbon di sektor pelayaran pada tahun 2050. Dalam pidatonya di Core Power New Nuclear for Maritime Houston Summit, Wiernicki menyatakan bahwa teknologi nuklir tidak hanya menawarkan operasi tanpa emisi karbon, tetapi juga memberikan keuntungan operasional seperti tenaga lebih tinggi, kecepatan transit yang lebih cepat, serta peningkatan kapasitas kargo melalui penghilangan kebutuhan penyimpanan bahan bakar.

Menurut Wiernicki, “Tidak hanya menawarkan operasi nol emisi karbon, tetapi juga tenaga lebih tinggi dengan kecepatan transit yang lebih cepat, peningkatan kapasitas kargo akibat penghilangan penyimpanan bahan bakar, serta membuka potensi reverse cold ironing di mana kapal dapat menyuplai listrik ke pelabuhan.” Pernyataan tersebut menyoroti manfaat ganda—baik dari sisi lingkungan maupun efisiensi operasional.

Baca Juga: Tiongkok Lagi-lagi Desak AS Hentikan Perang Dagang

Selain keunggulan teknis, aspek ekonomi juga menjadi daya tarik utama. Seperti dilansir oleh gCaptain, Wiernicki menambahkan, “Ekonominya sangat menarik sepanjang umur kapal. Jika mempertimbangkan perbedaan harga bahan bakar, biaya kepatuhan, dan nilai sisa, biayanya hampir sama dengan opsi fosil, hanya dengan operasi nol karbon. Dan menjadi jauh lebih menarik bila dibandingkan dengan biaya tinggi bahan bakar hijau.”

Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa, meskipun investasi awal mungkin tinggi, dalam jangka panjang teknologi nuklir menawarkan keuntungan ekonomi yang kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar fosil maupun alternatif hijau.Sebuah studi ABS tahun 2023 yang dilakukan bersama Herbert Engineering menunjukkan bahwa sebuah kapal kontainer berkapasitas 14.000 TEU yang dilengkapi dengan dua reaktor cepat 30MW dapat beroperasi selama 25 tahun tanpa pengisian ulang bahan bakar.

Sedangkan, tanker Suezmax yang menggunakan empat reaktor mikro 5MW hanya memerlukan satu kali pengisian ulang dalam periode yang sama. Studi tersebut memberikan gambaran realistis mengenai potensi penggunaan reaktor nuklir sebagai sumber tenaga utama di sektor pelayaran.

Terkait asuransi, sebagaimana pada kendaraan listrik/ EV, hingga saat ini tercatat belum ada asuransi yang meng-cover bagian baterai. Padahal harga baterai kendaraan bisa mencapai 50 persen dari harga kendaraan. Ketidakterlindunginya bagian baterai kendaraan dalam isi polis asuransi juga berlaku pada kendaaran dengan mesin penggerak hibrid.

Lebih lanjut, momentum penerapan propulsi nuklir juga didorong oleh kerja sama lintas industri. Lloyd’s Register dan CORE POWER telah bermitra dengan Maersk untuk mengkaji kapal kontainer bertenaga nuklir, dengan fokus pada pengembangan kerangka regulasi dan protokol keselamatan untuk reaktor generasi keempat. Sementara itu, Newcleo bekerja sama dengan Fincantieri dan RINA dalam upaya mengembangkan SMR berbasis pendingin timbal yang dirancang khusus untuk aplikasi maritim.

Namun, penerapan teknologi nuklir di sektor pelayaran tidak tanpa tantangan. Wiernicki menyoroti perlunya pembentukan kemitraan publik-swasta yang baru, pembaruan model asuransi, pengembangan kerangka regulasi, serta program pelatihan kru yang komprehensif. “Batasan utama teknologi ini adalah keselamatan, dan kita harus memastikan keterlibatan serta edukasi masyarakat mengenai kinerja keselamatan canggih dari reaktor-reaktor baru ini,” tegasnya.

× Image