Rantai Pasok Hijau: Masa Depan Berkelanjutan
ShippingCargo.co.id, Jakarta---Dalam beberapa tahun terakhir, konsep Rantai Pasok Hijau (Green Supply Chain) atau Rantai Pasok Berkelanjutan (Sustainable Supply Chain) semakin menjadi sorotan. Banyak organisasi besar telah meluncurkan inisiatif ambisius untuk membuat rantai pasok mereka lebih ramah lingkungan.
Mengutip Marine Insight, rantai pasok tradisional masihsangat penting bagi perdagangan internasional. Seiring dengan globalisasi, rantai pasok ini - yang mencakup transportasi internasional, transportasi darat, penyimpanan, pengemasan, dan lainnya- menjadi semakin kompleks dan skala besar. Setiap aktivitas dan elemen dalam rantai pasok berkontribusi terhadap emisi karbon.
Tingkat emisi yang disebabkan oleh setiap aspek rantai pasok tergantung pada faktor-faktor seperti moda transportasi, sumber energi, dan efisiensi perencanaan serta pergerakan barang. Misalnya, transportasi udara merupakan moda transportasi yang paling berpolusi, sementara transportasi laut dianggap sebagai moda yang paling ramah lingkungan. Namun, mengingat volume besar barang yang diangkut melalui kapal, emisi totalnya sangat tinggi.
Baca Juga: Apa itu Maritime Resource Management? Berikut Penjelasannya
Faktor geopolitik dan konflik militer juga memperburuk masalah. Misalnya, perpindahan kapasitas manufaktur perusahaan Barat dari China ke negara-negara seperti Vietnam, Thailand, dan Meksiko dapat meningkatkan jarak transportasi dan emisi karbon. Selain itu, konflik militer di Timur Tengah dapat memaksa kapal-kapal untuk mengambil rute yang lebih panjang, sehingga meningkatkan konsumsi bahan bakar dan emisi.
Untuk mengatasi tantangan ini, perlu dirancang rantai pasok hijau yang menganalisis setiap aspek rantai pasok dengan tujuan mengurangi emisi. Tujuan utamanya adalah meminimalkan jejak karbon dari keseluruhan rantai pasok.
Beberapa langkah penting untuk membangun rantai pasok hijau antara lain:
- Pemetaan Rantai Pasok: Memetakan seluruh rantai pasok dan mengevaluasi jejak karbon setiap aktivitas.
- Penggunaan Kemasan Ramah Lingkungan: Menggunakan bahan kemasan yang ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan plastik.
- Pilihan Moda Transportasi yang Ramah Lingkungan: Memilih moda transportasi yang lebih rendah emisinya, seperti kereta api dan kapal laut.
- Kemitraan dengan Mitra yang Ramah Lingkungan: Bermitra dengan pemasok dan penyedia logistik yang memiliki praktik berkelanjutan.
- Penggunaan Bahan Bakar Hijau: Menggunakan bahan bakar hijau seperti biofuel untuk mengurangi emisi.
- Pemanfaatan Teknologi: Menggunakan teknologi seperti kecerdasan buatan dan otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi limbah.
Lewat adanya kesadaran lingkungan yang semakin meningkat dan peraturan yang lebih ketat, pergeseran menuju rantai pasok hijau dan transportasi ramah lingkungan semakin kuat. Perusahaan-perusahaan besar seperti Maersk dan Hapag Lloyd telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi dan mencapai net-zero.