Home > Shipping

Misteri Saham Maersk: Melesat di Tengah Gejolak Perang Dagang, Jegal Penjual Pendek

Pola serupa terjadi selama pandemi COVID-19.
Petikemas Maersk. Sumber: Unsplash/ PortCall Asia
Petikemas Maersk. Sumber: Unsplash/ PortCall Asia

ShippingCargo.co.id, Jakarta – Di tengah bayang-bayang perang dagang global, para investor yang bertaruh pada penurunan saham A.P. Møller – Mærsk A/S —atau yang lebih dikenal sebagai Maersk —justru menelan kerugian besar. Alih-alih anjlok, saham perusahaan pelayaran terbesar di dunia itu justru melonjak tajam, membingungkan spekulan yang telah mengumpulkan posisi jual pendek sejak April 2025.

Berdasarkan data dari S&P Global Market Intelligence, minat jual pendek pada saham Maersk kini berada di level tertinggi sejak 2014, mencapai hampir sepertiga dari total saham yang beredar bebas. Lonjakan minat ini dimulai setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana tarif impor.

Namun, setelah sempat anjlok, saham Maersk kini melonjak sekitar 50% dari awal April, seolah tidak terpengaruh oleh pembatasan perdagangan. Perusahaan yang berbasis di Kopenhagen, Denmark ini bahkan menaikkan proyeksi keuangannya untuk tahun 2025, dengan alasan permintaan transportasi global yang tangguh di luar AS.

CEO Maersk, Vincent Clerc, menjelaskan bahwa tarif tidak akan menghentikan perdagangan global karena banyak produk, seperti sepatu kets, sangat sulit diganti dengan alternatif lokal. "Semakin rumit dan bergejolak, semakin besar peluang kami," ujar Clerc pada Bloomberg, seperti dilansir oleh gCaptain.

Clerc lantas juga menekankan bahwa kondisi ini justru membuat bisnis logistik mereka semakin berharga bagi pelanggan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat sejatinya dunia pelayaran ternyata memiliki sejarah unik dalam meraup keuntungan dari gangguan global.

Lonjakan tarif angkutan ketika transit di Laut Merah terganggu pada akhir 2023, memaksa kapal berlayar melalui Afrika. Kalau ditarik lebih panjang lagi, perusahaan pelayaran untung besar saat kapal kontainer raksasa memblokir Terusan Suez pada 2021 silam.

Pola serupa terjadi selama pandemi Covid-19, di mana permintaan barang konsumsi melonjak, menguntungkan perusahaan pelayaran. Fenomena ini menunjukkan bahwa ketidakpastian dalam perdagangan global justru bisa menjadi pemicu rezeki bagi industri yang mampu beradaptasi.

× Image