ShippingCargo.co.id, Jakarta—-Sistem buoyage atau sistem penandaan laut memegang peranan penting dalam industri pengapalan. Dalam operasinya, sistem ini berfungsi sebagai panduan bagi kapal-kapal untuk bernavigasi dengan aman di perairan, terutama di area yang rawan kecelakaan seperti karang, perairan dangkal, dan alur pelayaran yang sempit.

Mengutip situs resmi Buoy atau pelampung yang digunakan dalam sistem ini memiliki kode warna dan bentuk tertentu yang memberi informasi penting kepada kapten kapal. Penggunaan buoyage tidak hanya membantu keselamatan navigasi, tetapi juga mengoptimalkan alur pelayaran sehingga operasi pengapalan bisa berjalan lancar dan efisien.

Di berbagai negara, sistem buoyage diatur oleh international Association of Marine Aids to Navigation and Lighthouse Authorities(IALA). Organisasi ini menetapkan standar global yang dibagi menjadi dua wilayah, yaitu IALA Region A dan IALA Region B.

Baca Juga: Penambahan Fungsi Kapal untuk Pulau Kecil, Solusi Efisiensi Logistik di Kepulauan Kangean

Wilayah A meliputi sebagian besar Eropa, Asia, dan Afrika, sementara Wilayah B mencakup Amerika Utara, Amerika Selatan, Jepang, dan Filipina. Perbedaan utama dari kedua wilayah ini adalah penempatan warna untuk buoy di sisi kiri dan kanan jalur pelayaran, yang dapat membingungkan jika tidak dipahami dengan benar oleh pelaut.

Fungsi dari sistem buoyage ini bukan hanya sekadar penanda jalur pelayaran, namun juga memberikan informasi tambahan mengenai kondisi sekitar. Menurutu situs resmi PT. Djakarta Lloyd, buoy dengan lampu berkedip, misalnya, menunjukkan adanya bahaya di sekitar area tersebut, seperti adanya karang atau bangkai kapal di bawah air.

Selain itu, beberapa buoy digunakan untuk menandai lokasi jangkar atau area pengeboran minyak, yang memerlukan kewaspadaan lebih saat melintas di dekatnya. Dengan demikian, buoy bukan hanya sekedar alat fisik, melainkan komponen penting yang menyediakan komunikasi visual bagi kapal yang melintas.