Home > Kebijakan

Masa Depan Energi Lepas Pantai: Digitalisasi dan Peluang Indonesia

Pemerintah dan operator nasional seperti Pertamina dan SKK Migas diharapkan mengakselerasi adopsi teknologi digital dan ramah lingkunga
Industri produksi lepas pantai mengalami perubahan tren. (Ilustrasi). Sumber: Freepik
Industri produksi lepas pantai mengalami perubahan tren. (Ilustrasi). Sumber: Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta—Industri eksplorasi dan produksi lepas pantai mengalami kebangkitan pada 2025, dipacu oleh kebutuhan energi global dan kemajuan teknologi. Dari Brasil hingga Teluk Meksiko, inovasi seperti digital twin, pemeliharaan prediktif, dan penggunaan energi alternatif seperti blue ammonia menjadi sorotan.

Klasifikasi teknis tetap menjadi pilar utama keselamatan dan efisiensi. American Bureau of Shipping (ABS) memperkuat peran ini, termasuk di Amerika Selatan dan Asia Tenggara, dengan mensertifikasi unit-unit FPSO (Floating Production Storage and Offloading) serta memberikan Approval in Principle (AIP) untuk desain ramah lingkungan.

Brasil dan Guyana mencetak kemajuan signifikan. Petrobras mengembangkan digital twin untuk memperpanjang umur FPSO, dan ExxonMobil mengoperasikan Liza Unity FPSO dengan standar lingkungan SUSTAIN-2. Di Teluk Meksiko, Chevron menghadirkan Anchor FPU serba listrik, mendukung transisi energi rendah karbon.

Asia juga menjadi fokus. Jepang dan Korea mengembangkan FPSO berbasis ammonia dan teknologi penangkapan karbon, sementara proyek LNG terapung (FLNG) di Meksiko dan Kanada menunjukkan tren investasi yang meningkat, per Maritime Executive.

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia punya peluang besar dalam tren ini.

Dengan cadangan gas lepas pantai seperti di Masela dan Andaman Sea, serta proyek LNG di Tangguh dan proyek IDD, Indonesia bisa mengadopsi teknologi baru demi efisiensi dan keberlanjutan. Digitalisasi dan klasifikasi internasional menjadi kunci untuk menarik investasi dan menjaga keselamatan operasional.

Pemerintah dan operator nasional seperti Pertamina dan SKK Migas diharapkan mengakselerasi adopsi teknologi digital dan ramah lingkungan. Selain itu, pemerinta harus turut serta memperkuat kolaborasi dengan lembaga klasifikasi seperti ABS untuk memastikan kepatuhan global dan daya saing internasional.

× Image