ShippingCargo.co.id, Jakarta — Ketegangan bersenjata antara Iran dan Israel kini memicu gelombang kekhawatiran di pasar energi dunia. Hal ini buat Menteri Perkapalan Yunani memprotes rencana penutupan Selat Hormuz.

Menteri Perkapalan Yunani, Vassilis Kikilias, memperingatkan bahwa penutupan Selat Hormuz akan “mengguncang ekonomi global secara menyeluruh.” Ia menegaskan 90% perdagangan dunia bergantung pada laut, dan pengalihan rute kapal ke Afrika akan berdampak besar pada rantai pasok global.

Tarif pengiriman gas alam cair (LNG) global melonjak tajam ke level tertinggi dalam delapan bulan terakhir, akibat minimnya ketersediaan kapal dan potensi tertutupnya Selat Hormuz, di mana Republika merilis bahwa jalur tersebut adalah jalur vital yang dilintasi 20% minyak dan gas dunia.

Ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak sejak Israel melancarkan serangan udara pada 13 Juni ke beberapa fasilitas militer dan nuklir di Iran. Serangan itu dibalas oleh Iran dengan rudal yang menyebabkan korban jiwa di kedua negara. Hingga kini, setidaknya 639 orang tewas di Iran dan 25 orang di Israel.

Dampak langsungnya sudah terasa di pasar energi global. Harga minyak Brent sempat melonjak hingga 10 persen dalam beberapa hari terakhir, meskipun ditutup melemah pada Jumat (21/6) akibat pengenaan sanksi baru oleh AS terhadap Iran. Analis pasar menilai sanksi tersebut sebagai bagian dari strategi negosiasi, membuka kemungkinan penyelesaian diplomatik.

Namun, jika ketegangan terus memburuk dan Selat Hormuz — jalur vital yang mengalirkan sekitar 20% minyak dunia dan sebagian besar gas alam cair (LNG) dari Timur Tengah — benar-benar ditutup, maka harga minyak bisa melonjak drastis dan rantai pasok global terhenti.

Selat Hormuz memiliki lebar hanya 33 kilometer di titik tersempit dan menjadi satu-satunya jalur keluar dari Teluk Persia. Dengan meningkatnya risiko keamanan, kapal komersial kini menghadapi tantangan baru di wilayah tersebut, termasuk ancaman militer dan lonjakan premi asuransi pelayaran.