Sanksi Baru AS-Uni Eropa dan Dampaknya bagi Armada Bayangan Rusia

ShippingCargo.co.id, Jakarta—Dua putaran tambahan sanksi terhadap Rusia tengah disiapkan Amerika Serikat dan Uni Eropa, dengan potensi dampak besar terhadap "shadow fleet"—armada kapal tanker tua tak terdaftar yang mengangkut minyak Rusia ke pelanggan global seperti Tiongkok dan India.
Di AS, Senator Lindsey Graham mengusulkan tarif 500% bagi negara-negara yang membeli energi dari Rusia. RUU ini telah mendapat dukungan bipartisan dari 82 anggota Senat, cukup untuk melewati veto presiden. India dan Tiongkok—yang menyerap 70% ekspor energi Rusia—akan terkena dampak paling besar jika RUU ini lolos. Meskipun beberapa pengecualian bagi negara yang juga membantu Ukraina masih dalam pembahasan, tekanan terhadap konsumen energi Rusia meningkat secara signifikan.
Sementara itu, Uni Eropa tengah merumuskan putaran ke-18 sanksi terhadap Rusia. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut langkah ini sebagai bagian dari strategi tekanan kolektif dengan AS. Rencana terbaru mencakup pelarangan semua kontrak minyak dan gas baru dengan Rusia hingga akhir 2025, serta penghentian total impor pada akhir 2027, per Maritime Institute.
Namun, poin krusial dalam sanksi UE adalah:
- Penurunan batas harga minyak Rusia,
- Penutupan permanen jaringan pipa dari Rusia ke Eropa Tengah dan Barat,
- Pemblokiran aktivitas tanker bayangan, yang tak hanya menarget Rusia, tetapi juga Iran sebagai pemasok, serta China dan India sebagai pembeli.
Presiden Trump sendiri menunjukkan sinyal ingin menunda legislasi ini, menekankan bahwa kebijakan luar negerinya harus menjadi prioritas. Namun, Kongres tampak makin tegas dalam merespons sikap Rusia, terlebih setelah sikap pasif Gedung Putih terhadap kebuntuan diplomatik Moskow-Kyiv.
Meskipun tarif 500% kemungkinan akan dikurangi dalam proses legislasi karena implikasi domestiknya, efek kombinasi sanksi AS dan Eropa tetap akan signifikan: ratusan kapal tanker bayangan berpotensi tersingkir dari jalur perdagangan internasional.
Analis Lloyd’s List memperkirakan terdapat sekitar 500 tanker bayangan yang aktif di rute Rusia–China saja. Pengetatan sanksi akan memperparah krisis logistik energi global, karena penutupan jalur pipa juga berarti lonjakan permintaan kapal tanker legal untuk substitusi pasokan.
Gelombang sanksi baru ini menandai upaya tegas Barat untuk membatasi mesin pendanaan perang Rusia. Bagi negara-negara konsumen besar seperti India dan Tiongkok, pilihan strategis akan semakin menyempit—antara energi murah dan tekanan geopolitik yang meningkat.

ShippingCargo.co.id adalah media online yang berfokus pada informasi tentang shipping, pelabuhan, logistik, dan industri-industri yang terkait.