ShippingCargo.co.id, Jakarta — Rencana tarif menyeluruh yang diusulkan mantan Presiden Donald Trump diperkirakan memangkas defisit Amerika Serikat hingga 2,8 triliun dolar AS dalam 10 tahun, namun dengan konsekuensi ekonomi yang signifikan. Demikian menurut laporan Congressional Budget Office (CBO) yang dirilis Rabu, 5 Juni kemarin.

Dalam laporan kepada Kongres, CBO menyebut tarif ini akan meningkatkan inflasi rata-rata sebesar 0,4 poin persentase pada 2025–2026 serta menurunkan daya beli rumah tangga. Produk domestik bruto (PDB) AS juga diperkirakan menyusut 0,06 persen per tahun.

CBO mengasumsikan tarif yang diberlakukan Trump melalui perintah eksekutif sejak awal tahun ini akan bersifat permanen, meskipun kebijakan tersebut masih digugat secara hukum. Sebelumnya, seperti dilaporkan Republika, pengadilan federal membatalkan kebijakan tarif atas dasar pelampauan wewenang eksekutif, namun putusan banding sementara memungkinkan tarif tetap berjalan.

Laporan Penn-Wharton Budget Model juga menyebutkan potensi penurunan PDB jangka panjang hingga 6 persen dan penurunan upah sebesar 5 persen jika tarif dilanjutkan. Sementara itu, OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS akan melambat menjadi 1,5 persen pada 2026, memperkuat kekhawatiran bahwa proteksionisme dapat merugikan ekonomi domestik.

Trump beberapa kali mengubah kebijakan tarifnya, termasuk menangguhkan tarif selama 90 hari dan menetapkan tarif baru hingga 125 persen atas barang impor dari Tiongkok. Pada awal Juni, tarif baja dan aluminium dinaikkan menjadi 50 persen, yang diperkirakan akan menekan dunia usaha dan menaikkan harga bagi konsumen.