Home > Kebijakan

ABK Kapal Kargo Kelelahan dan Minim Akses Medis? Berikut Faktanya

Isu ini mendesak untuk masuk dalam agenda kebijakan transportasi laut nasional.
Contoh potret Anak Buah Kapal. ABK Kapal Kargo dunia kelelahan dan kurang akses medis. Sumber: Unsplash/Museum Victoria
Contoh potret Anak Buah Kapal. ABK Kapal Kargo dunia kelelahan dan kurang akses medis. Sumber: Unsplash/Museum Victoria

ShippingCargo.co.id, Jakarta— Anak Buah Kapal (ABK) kapal kargo dunia mengalami kelelahan dan kekurangan akses medis. Studi terbaru dari Seafarers International Research Centre (SIRC) di Cardiff University mengungkap tren memprihatinkan di sektor pelayaran kargo: kelelahan kru yang meningkat tajam dan minimnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai di atas kapal.

Studi ini melibatkan kuesioner dan wawancara dengan lebih dari 1.200 awak kapal, dan hasilnya mencengangkan: lebih dari sepertiga responden melaporkan kurang tidur dalam 48 jam terakhir. Penyebab utamanya mencakup jam kerja berlebih, pola kerja tak beraturan, gangguan saat sandar di pelabuhan, serta pergerakan dan kebisingan kapal—masalah yang ternyata memburuk dibandingkan temuan serupa pada 2016 dan 2011.

Mengutip gCaptain, salah satu kasus nyata terjadi baru-baru ini saat kapal kargo NCL Salten kandas di Trondheim, Norwegia, setelah petugas jaga tertidur di anjungan. Kapal tersebut sebelumnya mengunjungi tiga pelabuhan dalam 24 jam—mencerminkan beban kerja ekstrem yang umum di industri ini.

Rekayasa Data Jam Kerja dan Krisis Medis di Laut

Direktur SIRC, Prof. Helen Sampson, menegaskan bahwa kendati pelaporan jam kerja telah ditingkatkan, kelelahan tetap menjadi “masalah tak terselesaikan.” Ia bahkan menyebut bahwa catatan kerja kerap dimanipulasi demi menyembunyikan praktik overwork.

Lebih mengkhawatirkan lagi, 1 dari 5 awak kapal yang mengalami cedera atau sakit serius tidak mendapat penanganan medis yang layak. Mayoritas kapal kargo beroperasi tanpa tenaga medis profesional dan hanya mengandalkan bantuan telemedis hingga kapal merapat ke pelabuhan.

Desakan Reformasi Regulasi Maritim

Sampson menegaskan perlunya reformasi regulasi internasional agar seluruh awak kapal mendapatkan waktu istirahat tak terputus yang sesuai dengan standar kesehatan, serta mendorong kehadiran tenaga medis bersertifikat di kapal kargo.

Industri maritim global yang mempekerjakan lebih dari 1,5 juta orang dinilai menghadapi underreporting serius karena banyak pelaut takut kehilangan pekerjaan akibat kontrak kerja yang rapuh.

Implikasi untuk Logistik dan Keselamatan Maritim Indonesia

Temuan ini menjadi alarm penting bagi ekosistem logistik maritim di Indonesia, di mana banyak kapal kargo juga menghadapi masalah serupa, terutama pada jalur pelayaran ke wilayah 3T. Kelelahan kru dan keterbatasan akses medis bukan hanya isu kemanusiaan, tetapi juga risiko besar bagi keselamatan pelayaran dan kelancaran rantai pasok nasional.

× Image