ASA Desak Asia Pimpin Arah Baru Industri Pelayaran Global

ShippingCargo.co.id, Jakarta— Dalam forum bergengsi Indonesia Maritime Week (IMW) 2025, Asian Shipowners’ Association (ASA) mengangkat isu krusial yang mengancam kelangsungan industri pelayaran global: melonjaknya proteksionisme dan ketegangan geopolitik. Dalam Rapat Umum Tahunan ke-34 yang berlangsung di Jakarta, ASA menyerukan perlunya reposisi Asia sebagai pusat gravitasi dalam menavigasi transformasi global di sektor maritim.
Menurut Ketua ASA, Carmelita Hartoto, gelombang kebijakan unilateral, hambatan pasar, serta ancaman keamanan maritim tidak hanya berdampak terhadap pergerakan kapal, tapi juga berpotensi mengganggu rantai logistik dunia yang makin saling terhubung. “Stabilitas rantai pasok global tidak bisa disandarkan pada satu kawasan saja. Asia memiliki peran strategis untuk menjadi jangkar kestabilan dan penggerak reformasi di tengah fragmentasi kebijakan global,” ujarnya dalam keterangan resmi, seperti dilansir oleh Republika.
Alih-alih hanya mengeluhkan tren proteksionisme dan ketidakpastian kanal pelayaran seperti Suez dan Panama, ASA menawarkan pendekatan berbasis sinergi kawasan. Upaya ini mencakup harmonisasi regulasi lintas negara, pengakuan kapal berbendera asing tanpa diskriminasi, serta perbaikan sistem pelaporan insiden maritim yang lebih responsif.
ASA juga mendorong pembentukan kerangka kolaboratif untuk menjaga jalur pelayaran utama dunia dari ancaman geopolitik—dari Laut Merah hingga Selat Malaka—guna melindungi konektivitas logistik yang selama ini menopang pertumbuhan Asia.
Selain fokus perdagangan, ASA menunjukkan kepemimpinan Asia dalam isu kesejahteraan pelaut. Amandemen Maritime Labour Convention (MLC) 2006 yang baru disambut positif, terutama soal status pelaut sebagai key workers, serta pelindungan dari intimidasi dan pelecehan.
Tak kalah penting, ASA menegaskan perlunya sistem pembatasan tanggung jawab pemilik kapal—sebuah langkah pragmatis di tengah eskalasi risiko hukum dan keuangan yang bisa menghambat operasi pelayaran. “Bukan hanya tentang efisiensi logistik, tetapi juga jaminan bahwa pemilik kapal dapat beroperasi dalam iklim hukum yang adil,” kata Carmelita.
Penutupan forum ASA juga menggarisbawahi pentingnya Asia sebagai motor utama dalam agenda dekarbonisasi pelayaran global. Kolaborasi lintas negara di kawasan dianggap sebagai kunci untuk mendorong inovasi teknologi, digitalisasi rantai pasok, serta adopsi bahan bakar alternatif.
Dalam era global yang semakin terdigitalisasi dan terdorong oleh keberlanjutan, ASA menilai bahwa pelayaran Asia tak lagi cukup sebagai pengguna jalur, melainkan pemimpin narasi transformasi maritim dunia. Inisiatif seperti penggunaan green fuel, elektrifikasi pelabuhan, serta konektivitas berbasis blockchain menjadi elemen vital dari visi ASA ke depan.

ShippingCargo.co.id adalah media online yang berfokus pada informasi tentang shipping, pelabuhan, logistik, dan industri-industri yang terkait.