General Rate Increases Ancam Stabilitas Kontrak Jangka Panjang di Sektor Logistik Maritim

ShippingCargo.co.id, Jakarta — Rencana penerapan General Rate Increases (GRIs) oleh operator pelayaran global menjadi sinyal kuat atas arah strategi tarif mereka, memunculkan kekhawatiran serius bagi pelaku industri logistik yang terikat kontrak jangka panjang.
Menurut Emily Stausboll, analis senior di Xeneta, penurunan tarif impor AS dari Tiongkok dari 145% menjadi 30% untuk periode 90 hari telah memicu lonjakan pengiriman barang. “Ini menjadi aba-aba bagi bisnis untuk mengirim sebanyak mungkin barang secepat mungkin,” ujarnya seperti dilansir gCaptain.
Kondisi ini, lanjut Stausboll, langsung dimanfaatkan oleh operator pelayaran untuk memperkenalkan berbagai surcharge dan GRIs. Beberapa tarif all-in bahkan diumumkan mencapai USD 7.000 per kontainer 40 kaki menuju pantai timur AS mulai 1 Juni. “GRIs ini mungkin tidak akan bertahan lama, tetapi tetap menunjukkan niat jelas dari para carrier,” tambahnya.
Kenaikan tarif tersebut menjadi tantangan besar bagi pemilik barang dan pengirim dengan kontrak tahunan. Charles Maralle, CEO Exfreight, mengingatkan kembali masa pandemi COVID-19, ketika banyak pemilik barang ditinggalkan oleh operator meski telah menandatangani kontrak jangka panjang. “Mereka (operator) lebih memilih spot market yang menguntungkan,” ujarnya dalam konferensi IATA CNS di Miami.
Maralle menambahkan bahwa kini semakin banyak pelaku industri beralih ke pendekatan hybrid, mengandalkan kombinasi kontrak jangka pendek dan spot market. “Beberapa bahkan mulai menyusun kontrak dengan jumlah slot bulanan yang terjamin, bukan per tahun,” jelasnya.
Sementara itu, analis maritim John McCown memperkirakan lonjakan volume saat ini hanya bersifat sementara dan akan berbalik turun begitu fase penyesuaian terhadap tarif 145 persen sebelumnya selesai. “Kenaikan ini kemungkinan besar simetris dengan penurunan volume awal. Setelah 90 hari, akan ada bias penurunan karena tarif 30 persen tetap berlaku,” ujarnya.
Bagi pelaku logistik Indonesia, fenomena ini memperjelas pentingnya fleksibilitas dalam perencanaan logistik dan negosiasi kontrak pengangkutan laut. Mengingat dinamika tarif global semakin tak terduga, strategi diversifikasi dan konsorsium antar-forwarder mungkin menjadi langkah mitigasi yang efektif.

ShippingCargo.co.id adalah media online yang berfokus pada informasi tentang shipping, pelabuhan, logistik, dan industri-industri yang terkait.