Home > Logistik

Tarif Longgar, Booking Melejit: Liner Tiongkok-AS Siap Masuki Musim Panen Logistik

Dibandingkan masa sebelum tarif tinggi diterapkan awal April lalu, kenaikan booking bahkan sudah menyentuh dua digit.
Ilustrasi kapal kargo. Industri kargo diperkirakan akan meningkat tahun ini. Sumber:Freepik
Ilustrasi kapal kargo. Industri kargo diperkirakan akan meningkat tahun ini. Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta— Dunia pelayaran kontainer kembali bergeliat setelah keputusan Amerika Serikat dan Tiongkok menurunkan tarif impor secara drastis untuk 90 hari ke depan. Efeknya? Gelombang besar permintaan logistik dari Tiongkok ke AS kembali melonjak — menandai awal yang lebih cepat dari musim puncak pengapalan tahunan.

Setelah enam pekan diterpa tarif tinggi hingga 145 persen, kini barang ekspor dari Tiongkok ke AS hanya dikenai bea masuk sebesar 30 persen. Langkah ini disambut antusias oleh pelaku usaha, terutama retailer Amerika yang berlomba mengisi kembali stok sebelum kemungkinan tarif kembali dinaikkan.

Hapag-Lloyd melaporkan lonjakan booking lebih dari 50persen dalam sepekan terakhir dibandingkan periode sebelumnya. Dibandingkan masa sebelum tarif tinggi diterapkan awal April lalu, kenaikan booking bahkan sudah menyentuh dua digit.

Menurut Peter Sand, analis dari Xeneta, tarif pengangkutan kontainer transpasifik sudah naik 2 persen dalam seminggu, dan tren ini diprediksi akan berlanjut. Sand memperkirakan dalam waktu sebulan, tarif bisa melonjak hingga 20 persen, per Splash247.

Konsultan pelayaran Hua Joo Tan menyatakan bahwa meskipun saat ini kenaikan tarif pengangkutan masih terbatas pada beberapa ratus dolar, operator pelayaran sudah mulai mendorong kenaikan lebih agresif untuk periode Juni. Spot rate Asia–Pantai Barat AS yang sempat berada di bawah $2.000 per FEU (forty-foot equivalent unit) kini sudah melampaui $3.000 per FEU.

Jefferies dan HSBC melaporkan bahwa perusahaan pelayaran mulai mengaktifkan kembali kapasitas dan kapal besar yang sempat ditarik, namun proses penyesuaian logistik ini membutuhkan waktu. Risiko kemacetan pelabuhan pun mulai dikhawatirkan, mengingat potensi penumpukan kapal dan keterbatasan kontainer — mengulang tantangan besar seperti saat pandemi COVID-19.

Freightos, platform pemesanan kontainer global, menambahkan bahwa dalam hitungan minggu ke depan, pelabuhan di AS bisa kembali “dibanjiri” oleh lonjakan volume dan kapal yang datang hampir bersamaan.

Bagi Indonesia, dinamika ini memberi dua sinyal penting. Pertama, pemulihan arus dagang global pasca penurunan tarif bisa membuka kembali jalur logistik dan permintaan dari kawasan Asia. Kedua, potensi redirection atau pembelokan rute akibat kemacetan di pelabuhan besar AS bisa menjadi peluang bagi pelabuhan regional seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Patimban untuk menangkap layanan pelayaran alternatif sebagai titik konsolidasi atau transshipment.

Dengan fleksibilitas logistik dan daya saing layanan terminal yang semakin membaik, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia perlu terus siaga — tak hanya menampung potensi limpahan barang, tetapi juga mendukung posisi strategis Indonesia dalam rantai pasok global yang terus berubah cepat.

× Image