Impor Diprediksi Turun Tajam Imbas Tarif Baru Trump
ShippingCargo.co.id, Jakarta – Para pelaku industri ritel dan pelacakan logistik di Amerika Serikat mulai menyuarakan kekhawatiran atas dampak tarif baru terhadap arus kontainer impor. Data terbaru dari National Retail Federation (NRF) memproyeksikan penurunan impor tahunan pertama dalam 19 bulan, akibat ketidakpastian kebijakan tarif di masa krusial dalam siklus pembelian ritel.
Sementara itu, perusahaan pelacak data perdagangan global Descartes mengungkapkan bahwa banyak importir mempercepat pengiriman mereka ke AS sebelum tarif diberlakukan. Pada April 2025, impor kontainer tercatat mencapai 2,4 juta TEU—naik 1,2% dibandingkan Maret dan 9% year-on-year—menjadikannya salah satu April terkuat dalam sejarah.
Namun, ini diperkirakan hanya fenomena “frontloading” sebelum dampak nyata tarif baru terlihat. Mulai 9 April, AS memberlakukan tarif sebesar 145% terhadap barang-barang asal Tiongkok, termasuk furnitur, plastik, dan mesin. Descartes memprediksi dampak nyata akan tercermin dalam volume impor bulan Mei dan seterusnya.
Indonesia, yang memiliki kemitraan dagang dan logistik laut dengan berbagai negara termasuk AS dan Asia Tenggara, perlu waspada terhadap dampak domino dari penurunan impor AS ini. Jika permintaan menurun, terutama dari negara tujuan utama seperti China, Vietnam, dan Thailand, pengaruhnya bisa merambat ke sektor pelayaran dan logistik Indonesia, baik dalam hal rute pelayaran, kapasitas kapal, maupun pengelolaan pelabuhan.
Menurut Descartes, pelabuhan-pelabuhan besar seperti Los Angeles dan Long Beach mengalami lonjakan volume di April. Di sisi lain, Maritime Executive melaporkan apabila pelabuhan di pantai timur Amerika seperti Savannah (di Negara Bagian Georgia) dan Charleston (di Negara Bagian South Carolina) justru mengalami penurunan, menandakan perubahan pola rute perdagangan di tengah negosiasi Washington dengan Beijing.
NRF memperkirakan volume impor akan jatuh hingga 1,81 juta TEU pada Mei, dan stagnan di angka 1,7–1,8 juta TEU per bulan selama musim panas, turun lebih dari 20 persen dibandingkan 2024. Kondisi ini menambah tekanan bagi ritel, terutama pelaku Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) yang kini kebingungan bagaimana mengatur strategi pemesanan ke depan.
Bagi Indonesia, situasi ini menjadi sinyal penting untuk segera mengkaji ulang strategi ekspor-impor dan distribusi logistik. Dua aspek yang perlu dikaji ulang diantaranya adalah diiversifikasi mitra dagang serta peningkatan efisiensi pelabuhan dalam menyerap potensi pengalihan rute dari negara-negara terdampak tarif.

ShippingCargo.co.id adalah media online yang berfokus pada informasi tentang shipping, pelabuhan, logistik, dan industri-industri yang terkait.