ShippingCargo.co.id, Jakarta – Kemacetan parah lagi-lagi melanda pelabuhan utama di Eropa Utara. Mandeknya rantai pasok pelayaran kembali mengganggu arus logistik internasional, termasuk Indonesia sebagai negara eksportir global.

Menurut laporan terbaru dari broker Braemar, Pelabuhan Antwerp di Belgia pada 6 Mei lalu masih beroperasi pada 96% kapasitas yard di tengah kelebihan kapasitas colokan reefer hingga 112%.Hampir separuh kapal yang tiba harus antre untuk sandar, sementara 52 kapal kontainer tambahan tengah menuju pelabuhan tersebut.

Kondisi serupa terjadi di Bremerhaven, Jerman, di mana sekitar 30% kapal mengalami keterlambatan. Akibat pengalihan kapal dari pelabuhan-pelabuhan utama di benua Eropa. pelabuhan lain seperti Rotterdam, Felixstowe, London Gateway, dan Southampton turut terkena getahnya.

“Waktu tunggu terlalu lama, yard terlalu penuh, dan antrean kapal makin panjang,” ujar Peter Sand, Chief Analyst Xeneta, kepada Splash247. Ia menyebut aksi mogok di Prancis dan Belgia, serta perawatan infrastruktur selama musim sepi sebagai penyebab kemacetan, ditambah lonjakan impor dari Asia sejak Januari.

Situasi yang tak dinyana ini bisa memuncak menjadi kekacauan jika kemacetan belum juga terurai. Terlebih, banyak kapal kontainer disiapkan untuk mengangkut barang-barang asal Tiongkok ke AS dalam 50–60 hari mendatang akibat tarif baru dari Presiden Trump.

Linerlytica mencatat, sejak April, sebanyak 27 kapal atau 200.000 TEU telah dialihkan dari rute Asia-AS ke rute Asia–Eropa dan Mediterania, sehingga tekanan volume semakin berat di pelabuhan Eropa. Bagi Indonesia, kondisi ini menjadi perhatian serius.

Dengan pelabuhan Eropa sebagai salah satu tujuan utama ekspor nasional—terutama produk kelautan, furnitur, dan tekstil—kemacetan ini berpotensi menyebabkan keterlambatan pengiriman, naiknya biaya logistik, dan risiko kerusakan barang.Para pelaku industri logistik dan ekspor Indonesia disarankan untuk mulai mempertimbangkan rute alternatif dan membangun komunikasi intensif dengan mitra pelabuhan di Eropa guna mengantisipasi dampak lanjutan.