Home > Kebijakan

Pelemahan Tarif Trump dan Isyarat Dialog AS-Tiongkok, Pasar Global Pulih?

Pelonggaran tarif buat dunia logistik bisa segera berlayar keluar dari badai tarif menuju perairan yang lebih tenang.
Indeks Keyakinan Konsumen terpengaruh perang dagang AS- Tiongkok. Sumber:Freepik
Indeks Keyakinan Konsumen terpengaruh perang dagang AS- Tiongkok. Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta — Setelah berminggu-minggu ketegangan akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap Tiongkok, pasar global menunjukkan respons positif terhadap sinyal pelunakan kebijakan perdagangan dari Gedung Putih. Saham-saham Asia, Eropa, hingga Wall Street melonjak setelah Trump menyatakan bahwa tarif terhadap Tiongkok "akan turun secara substansial", meskipun tidak akan menjadi nol.

Pernyataan Trump tersebut memberikan angin segar bagi para pelaku pasar dan sektor logistik maritim global, yang selama ini terguncang akibat kenaikan bea masuk hingga 245% atas barang-barang produksi Tiongkok, termasuk tarif 125% tarif timbal balik, 20% terkait fentanil, serta Section 301 tariffs dengan rentang 7,5% hingga 100%.

Langkah pelunakan ini menjadi harapan baru bagi rantai pasok dan pelayaran internasional, terutama setelah sebelumnya banyak operator menarik rute dan mengurangi kapasitas kontainer dari Asia ke AS. Ketidakpastian tarif sempat menyebabkan penurunan volume ekspor Tiongkok hingga 20% year-on-year, memaksa importir AS untuk mencari alternatif pasokan dari Vietnam dan negara Asia Tenggara lainnya, berdampak pada redistribusi beban pelabuhan dan jalur pelayaran global.

Dengan sinyal deeskalasi konflik, prospek pemulihan jalur pelayaran AS-Tiongkok menjadi semakin terbuka, per Republika. Saham-saham sektor logistik dan pelayaran global juga mencatat rebound signifikan, seperti yang tercermin dalam kenaikan indeks Dow Jones sebesar 800 poin, dan Nasdaq Composite naik lebih dari 3 persen.

Dari dalam negeri, analis Doo Financial Futures Lukman Leong menyebut bahwa peluang dialog AS-Tiongkok dan Trump yang membatalkan rencana pemecatan Gubernur The Fed Jerome Powell menjadi faktor penguat sentimen. Nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak menguat ke kisaran Rp 16.750–Rp 16.900 per dolar AS, meski saat pembukaan pasar masih terpantau di Rp 16.861.

Pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent bahwa "perang tarif ini tidak berkelanjutan" semakin memperkuat narasi deeskalasi. Ia bahkan menegaskan bahwa pendekatan America First justru harus diartikan sebagai ajakan kolaborasi, bukan isolasi, terutama dalam menyikapi ketergantungan perdagangan global.

Jika pernyataan Trump dan Bessent diikuti dengan langkah konkret, maka pelabuhan global, jalur logistik, serta operator pelayaran kontainer dapat kembali menata jaringan mereka dengan kepastian tarif yang lebih stabil. Dengan pelonggaran tarif dan potensi pembicaraan AS-Tiongkok di depan mata, dunia logistik bisa segera berlayar keluar dari badai tarif menuju perairan yang lebih tenang.Ini bukan hanya kabar baik bagi perdagangan, tetapi juga bagi infrastruktur logistik Indonesia yang sangat bergantung pada keterhubungan global, terutama dalam konteks pemulihan pasca pandemi dan program hilirisasi industri nasional.


× Image