Home > Kebijakan

Impor Kontainer AS Naik 11 Persen, Sinyal Awal Guncangan Rantai Pasok Global?

ShippingCargo paparkan fakta mengenai dampak lonjakan impor kontainer.
Perang Tarif AS-Tiongkok makin panas. Sumber:Freepik
Perang Tarif AS-Tiongkok makin panas. Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta—Lonjakan impor kontainer AS sebesar 11% pada Maret 2025 tampaknya menjadi “angin tenang sebelum badai” bagi industri logistik global. Meskipun volume mencapai 2,38 juta TEUs—angka tertinggi ketiga untuk bulan Maret—eksekutif perdagangan memperingatkan potensi penurunan tajam di paruh kedua tahun ini, dipicu oleh kebijakan tarif agresif Presiden Donald Trump.

Data dari Descartes menunjukkan bahwa sepertiga dari volume impor AS masih berasal dari Tiongkok, dengan kenaikan 9,4% secara tahunan. Namun, jika dilihat lebih dekat, tren bulanan justru menunjukkan pelemahan—turun 12,6% dari Februari—seiring efek dari tarif 10% yang mulai diberlakukan Februari dan tambahan 10% pada Maret, per Reuters.

Trump kembali menaikkan tarif barang asal Tiongkok menjadi 125%, memicu kekhawatiran mendalam di kalangan pelaku industri. Dalam konteks yang lebih luas, ini menguatkan sinyal dari sejumlah fakta sebelumnya:

  1. Konsolidasi BlackRock-TIL atas aset pelabuhan Hutchison yang mencakup pelabuhan-pelabuhan di sekitar Terusan Panama menunjukkan upaya geopolitik merespons dominasi Tiongkok di sektor pelabuhan global—dimensi yang diperkuat oleh pernyataan Pentagon soal "pengaruh jahat" Tiongkok di kanal tersebut.
  2. Gelombang tarif balasan dari Tiongkok dan eskalasi perang dagang yang disorot melalui pidato emosional Mao Ning dan unggahan simbolik Mao Zedong mencerminkan bahwa Tiongkok tidak akan mundur, memperbesar risiko stagnasi ekspor-impor bilateral.
  3. Peringatan pelaku logistik Indonesia bahwa perang tarif AS-Tiongkok akan menciptakan “perebutan pasar” di negara-negara non-AS, mendorong relokasi jalur perdagangan dan menuntut pelaku logistik nasional untuk memperkuat efisiensi dan kolaborasi.
  4. Apresiasi Apindo atas kebijakan relaksasi impor Presiden Prabowo, yang dianggap sebagai strategi proaktif untuk melindungi daya saing industri nasional di tengah ketidakpastian tarif global.

Gene Seroka dari Port of Los Angeles dan Mario Cordero dari Port of Long Beach memperkirakan penurunan volume 10% atau lebih di semester dua 2025, mencerminkan prediksi National Retail Federation dan Hackett Associates soal potensi koreksi 20%. Fakta ini juga memperkuat analisis ADB soal perlambatan ekonomi Asia akibat tensi tarif.

Secara keseluruhan, berita ini menunjukkan bahwa front-loading saat ini hanyalah penundaan dari efek nyata perang tarif. Oleh karena itu, semua pihak harus bersiap untuk dampak struktural yang lebih besar terhadap pelayaran, perdagangan, dan logistik global.

× Image