Home > Kebijakan

Tiongkok Resmi Balas Tarif Trump

Perang dagang kian panas, pasar global lantas terpukul.
Tiongkok balik berikan tarif tinggi ke AS, perang dagang di ambang batas. Sumber:Freepik
Tiongkok balik berikan tarif tinggi ke AS, perang dagang di ambang batas. Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta —Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memuncak. Pada Jumat (4/4), Tiongkok mengumumkan tarif tambahan sebesar 34% atas berbagai produk asal AS—langkah balasan paling keras sejak dimulainya perang dagang. Tidak hanya itu, Tiongkok juga memperketat ekspor logam tanah jarang, serta menambahkan 11 entitas AS ke dalam daftar “entitas tidak dapat dipercaya”.

Langkah ini datang sehari setelah Presiden Donald Trump menetapkan tarif minimum 10 persen untuk hampir semua barang impor, dengan tarif lebih tinggi untuk lebih dari 60 negara. Tiongkok termasuk di antaranya, dengan tarif AS terhadap produk mereka mencapai 54 persen, dilansir oleh gCaptain.

Dampak langsung terhadap logistik dan perdagangan internasional sangat terasa. Harga minyak global anjlok hampir 8%, saham-saham teknologi seperti Apple dan Nvidia juga turun tajam karena ketergantungan manufaktur di Tiongkok. Industri pertanian AS turut terpukul—harga kedelai jatuh lebih dari 3% karena ekspektasi penghentian impor dari Tiongkok, yang selama ini merupakan pasar utama.

Bahkan Eropa ikut goyah. Indeks saham utama jatuh ke level terendah dalam beberapa tahun, dan negara-negara seperti Prancis mendesak perusahaan mereka untuk membekukan investasi di AS. Di Jepang, gejolak pasar saham memicu kekhawatiran krisis ekonomi nasional.

Meskipun Trump menyatakan bahwa tarif ini akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekspor AS, banyak analis menilai bahwa eskalasi ini justru dapat menghambat pertumbuhan global dan memperburuk ketidakpastian di jalur distribusi internasional. Pasalnya Washington masih bersikukuh untuk menerapkan Liberty Day mereka, seperti dilansir situs X resmi Gedung Putih pada 3 April silam.

Dengan situasi yang kian memanas dan saling balas tarif, pelaku usaha logistik dan ekspor di berbagai negara kini harus lebih adaptif dan cermat membaca arah pasar—karena perang dagang ini belum menunjukkan tanda akan segera berakhir.

× Image