Industri Pelayaran Terdampak Perang Dagang? Begini Penjelasannya

ShippingCargo.co.id, Jakarta— Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih telah mengguncang ekonomi global, dengan kebijakan perdagangan yang berubah-ubah dan ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini berdampak langsung pada industri pelayaran, yang harus beradaptasi dengan tarif baru, perubahan kebijakan energi, dan ketegangan geopolitik yang berpotensi mengganggu rantai pasok global.
Indeks Trade Policy Uncertainty (TPU), yang mengukur ketidakpastian kebijakan perdagangan global, melonjak ke level tertinggi sejak pertama kali dicatat pada tahun 1960. Dalam beberapa bulan pertama kepemimpinan Trump, TPU melonjak dua kali lipat dari rekor sebelumnya, menandakan bahwa pelaku industri pelayaran harus menghadapi risiko tinggi dalam perencanaan bisnis dan investasi.
Kebijakan proteksionisme AS, seperti pajak baru pada kapal berbendera Tiongkok yang masuk ke pelabuhan AS, serta peningkatan tarif impor, telah mengganggu arus perdagangan global. Beberapa perusahaan pelayaran telah mulai mencari alternatif, termasuk mengalihkan rute dan meningkatkan diversifikasi pasar guna mengurangi dampak dari perang dagang yang semakin memanas. Goldman Sachs bahkan telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV 2025 dari 2,2% menjadi 1,7%, sementara peluang resesi dalam 12 bulan ke depan naik dari 15% menjadi 20%, per Splash 247.
Di sisi lain, China sebagai pendorong utama permintaan komoditas global, termasuk minyak mentah dan bijih besi, menghadapi tantangan baru. Urbanisasi yang melambat dan peralihan ke kendaraan listrik diprediksi akan mengurangi impor bahan baku utama yang selama ini menopang industri pelayaran, terutama sektor tanker dan bulk carrier. Jika tren ini terus berlanjut, permintaan angkutan laut global dapat mengalami tekanan lebih besar dalam jangka panjang.
Namun, ketidakpastian ini juga membuka peluang bagi industri maritim. Dengan meningkatnya perubahan kebijakan energi di AS, ada potensi peningkatan ekspor LNG dan minyak AS, yang dapat mendorong lonjakan permintaan kapal tanker. Selain itu, kebijakan proteksionisme dapat mempercepat investasi dalam kapal yang lebih efisien secara energi dan ramah lingkungan, mengingat meningkatnya tarif dan ketatnya regulasi emisi.
Dalam situasi yang penuh gejolak ini, industri pelayaran dan logistik harus mengadopsi strategi adaptif untuk menghadapi perubahan kebijakan AS dan Tiongkok. Diversifikasi pasar, optimalisasi rute, dan investasi dalam teknologi hijau menjadi kunci dalam menjaga stabilitas operasional. Di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, fleksibilitas dan pemahaman terhadap dinamika perdagangan global akan menjadi faktor utama dalam memastikan kelangsungan bisnis di sektor maritim.

ShippingCargo.co.id adalah media online yang berfokus pada informasi tentang shipping, pelabuhan, logistik, dan industri-industri yang terkait.