Gagal Rate Hike, Kargo Asia-Eropa Anjlok
ShippingCargo.co.id, Jakarta—Upaya operator kapal meningkatkan tarif (GRI) dan pembatalan rute (blank sailings) gagal menghentikan anjloknya harga kargo Asia-Eropa Utara, yang merosot 16% menjadi $1.805/TEU pasca-Tahun Baru Imlek. Indeks Shanghai Containerised Freight Index (SCFI) mencatat penurunan terbesar sejak 2024, meskipun Hapag-Lloyd mencoba menaikkan tarif hingga $4.100/40ft mulai Maret . Laporan Linerlytica menyebut pembatalan rute tak sebanding dengan penurunan volume kargo, sementara utilisasi kapal di bawah 95% memperburuk defisit pendapatan operato .
Kegagalan GRI ini memperlihatkan kerapuhan strategi “kejar profit” di tengah melimpahnya kapasitas kapal. Pasca-Imlek, aktivitas pelabuhan di Tiongkok dan Korea Selatan mulai pulih, dengan kapasitas kapal di area tunggu turun 50% dari puncak Januari .
Kembalinya armada yang sebelumnya dialihkan dari Terusan Suez — ditambah pesanan kapal baru — berpotensi membanjiri pasar dengan overcapacity, memicu perang tarif lebih dalam . Di tengah krisis, rute Asia-Mediterania justru bertahan dengan penurunan tarif hanya 5%, didukung pengalihan kapal ke jalur Red Sea yang menghindari serangan Houthi.
Sayangnya, langkah ini bersifat sementara. Pasalnya, jika konflik Laut Merah mereda, kembalinya kapal ke jalur normal malah akan memperparah kelebihan kapasitas global, per gCaptain.
Kegagalan GRI mengonfirmasi bahwa operator kapal tak lagi bisa mengandalkan "kejutan tarif" untuk menutupi defisit. Aliansi seperti Gemini Cooperation (Maersk-Hapag) dan perombakan 2M Alliance (MSC) harus diikuti restrukturisasi rute dan efisiensi armata. Namun, tanpa koordinasi global, risiko overcapacity dan perang harga akan terus menghantui — terutama jika permintaan kargo global tetap lesu.