Home > News

Saham Pelayaran Asia Tanggapi Tarif Trump

Untuk saat ini, respons pasar pelayaran Asia masih relatif tenang.
Ilustrasi pasar saham. Saham pelayaran Asia terguncang tarif presiden Trump. Sumber: Freepik
Ilustrasi pasar saham. Saham pelayaran Asia terguncang tarif presiden Trump. Sumber: Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta —Saham pelayaran Asia menunjukkan respons yang kurang baik setelah pengumuman tarif 10% oleh Presiden Trump terhadap barang-barang asal China. Meskipun tarif tersebut telah mengundang perhatian, penurunan rata-rata saham berkisar antara 1% hingga 3% pada hari itu, dengan sebagian pasar mengambil pendekatan "tunggu dan lihat". Di tengah perayaan Tahun Baru Lunar, Bursa Saham Shanghai ditutup hingga 4 Februari, sehingga dampak langsung di pasar Tiongkok tidak tercermin.

Di Bursa Saham Hong Kong, Orient Overseas International mengalami penurunan saham sebesar 1,9%, sedangkan konglomerat pelayaran China, Cosco Shipping Holdings, turun 2,9%. Di pasar Jepang, saham Nippon Yusen KK Line turun sekitar 1%, sementara perusahaan pelayaran lain seperti Mitsui OSK Lines dan Kawasaki Kisen Kaisha juga mengalami penurunan ringan. Pergerakan saham ini menunjukkan bahwa meskipun tarif tersebut telah diumumkan, dampaknya belum begitu signifikan di pasar Asia.

Di Taiwan, saham perusahaan pelayaran kontainer seperti Evergreen dan Yang Ming juga mencatat penurunan, masing-masing sebesar 0,73% dan 2,1%. Sementara itu, di Korea Selatan, saham Hyundai Merchant Marine turun 3,2% dan saham K Line turun 2,6%. Selain itu, di sektor kargo kering, saham Pan Ocean dan perusahaan bulker lainnya juga mengalami penurunan meskipun dengan persentase yang relatif kecil, per Trade Winds.

Para analis pasar menyatakan bahwa tarif ini kemungkinan tidak akan berdampak besar pada saham pelayaran Asia, karena banyak peserta pasar fokus pada rute pelayaran lokal yang tidak melibatkan Amerika Serikat. Namun, beberapa pengamat memperingatkan bahwa faktor geopolitik seperti usulan tarif tambahan dari Trump bisa mendorong kenaikan tarif angkutan barang dalam jangka panjang.

Menurut analis dari Swiss bank UBS, potensi kenaikan tarif yang lebih agresif mungkin terjadi, dengan kemungkinan tarif efektif terhadap Tiongkok naik hingga 30% dari angka saat ini. Meskipun demikian, untuk saat ini, respons pasar pelayaran Asia masih relatif tenang, menjadi inidikasi kalau sikap hati-hati diambil oleh pangsa saham asia di tengah kenaikan tarif pelayaran global.

× Image