Impor Tiongkok Turun 51 Persen, Imbas Ke Petikemas
ShippingCargo.co.id, Jakarta— Dorongan Tiongkok untuk mengurangi ketergantungan pada impor, ditambah dengan menurunnya permintaan kedelai berdampak vital. Pasalnya, akibat swasembada dan penurunan permintaan kedelai , angka pengiriman gandum impor negara itu turun 51% secara tahunan pada bulan Januari.
Menurut data dari BIMCO(Baltic International Maritime Council), penurunan ini berdampak signifikan pada sektor pengiriman kargo curah kering, terutama kapal Panamax, yang mengangkut 83% dari total gandum yang diimpor Tiongkok. Indeks Panamax di Baltic Exchange kini turun 41% dibanding tahun lalu dan mencapai level terendah sejak Mei 2020.
Analisis BIMCO menunjukkan bahwa dampaknya bervariasi bagi negara-negara pengekspor utama. Seperti dilansir oleh gCaptain pada Selasa (28/01/2025), Brasil, yang menyumbang 47% dari total pengiriman gandum ke Tiongkok, mengalami penurunan ekspor sebesar 29%. Sementara itu, Amerika Serikat, yang menyuplai 22% dari total pengiriman, mencatat penurunan lebih drastis, yakni 57%.
Baca Juga: Maersk Alihkan Jalur Melalui Tanjung Harapan untuk Keamanan
Meskipun volume pengiriman menurun, preferensi Tiongkok terhadap gandum Brasil masih memberikan sedikit keuntungan bagi sektor pelayaran. Rute pengiriman Brasil-Tiongkok lebih panjang sekitar 25% dibandingkan rute AS-Tiongkok dalam kondisi normal di Terusan Panama, sehingga masih ada kebutuhan untuk kapal-kapal pengangkut dalam jumlah tertentu.
Menurut Filipe Gouveia, Manajer Analisis Pengiriman di BIMCO, ada beberapa faktor utama yang menyebabkan turunnya impor gandum Tiongkok, antara lain:
- Margin keuntungan yang rendah bagi perusahaan penggilingan kedelai (crushers).
- Stok yang tinggi, akibat lonjakan impor di awal tahun.
- Produksi dalam negeri yang meningkat, dengan panen rekor di 2024 yang mengurangi kebutuhan impor jagung dan gandum.
"Secara keseluruhan, kami memperkirakan impor gandum ke Tiongkok akan pulih dalam jangka menengah seiring berkurangnya stok kedelai dan harga yang rendah mendorong pembelian. Namun, impor gandum dan jagung masih berpotensi tetap lemah akibat pasokan dalam negeri yang kuat. Jika permintaan domestik tidak meningkat secara signifikan pada 2025, total impor gandum bisa lebih rendah dibandingkan 2024," ujar Gouveia.