Logistik Maritim Indonesia di Tengah Krisis Rantai Pasok
ShippingCargo.co.id, Jakarta – Ketidakstabilan rantai pasok global semakin terasa dampaknya pada sektor maritim dan logistik Indonesia. Dengan ketergantungan besar pada jalur perdagangan internasional, tantangan seperti keterlambatan pengiriman, melonjaknya biaya logistik, dan ketidakseimbangan pasokan telah memukul perekonomian nasional.
Kondisi ini bahkan lebih sulit bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia, yang menjadi titik kunci dalam peta logistik dunia. Pasalnya, dampak pandemi COVID-19, disusul konflik geopolitik dan perubahan iklim, menjadi penyebab utama krisis rantai pasok global.
Seatrade Maritime melaporkan bahwasanya negara-negara berkembang menghadapi risiko terbesar, mengingat mereka bergantung pada pengiriman laut untuk kebutuhan ekspor dan impor. Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, mengandalkan jaringan maritim untuk distribusi domestik dan perdagangan internasional.
“Untuk kapal dengan 20.000-24.000 TEU di rute Timur Jauh-Eropa, emisi CO2 saja jadi penambahan biaya sebesar 400.000 USD lewat sistem the European Union's Emissions Trading System,” tulis SeaTrade Maritime. Hal ini jelas memberatkan negara-negara kepulauan, di mana negara kecil dan pulau menurun sebesar sembilan persen pada satu dekade terakhir.
Selain itu, ketidakpastian ini menghambat upaya Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya di pasar global. Menurut laporan PwC, perusahaan-perusahaan pelayaran di seluruh dunia harus mulai beradaptasi dengan membangun sistem logistik yang lebih fleksibel dan mengutamakan keberlanjutan.