Home > News

Raksasa Pelayaran Global Masih Khawatir Soal Pemulihan Lalu Lintas Kapal di Terusan Suez

Situasi Laut Merah telah memaksa banyak perusahaan mengalihkan rute pelayarannya.
Ilustrasi kapal kargo. Kapal kargo serupa masih sulit lewat Terusan Suez dan Laut Merah. Sumber:Republika/ Rahayu Subekti.
Ilustrasi kapal kargo. Kapal kargo serupa masih sulit lewat Terusan Suez dan Laut Merah. Sumber:Republika/ Rahayu Subekti.

ShippingCargo.co.id, Jakarta— Para pemain raksasa pelayaran global masih khawatir soal situasi di Terusan Suez. Pasalnya, belum ada tanda-tanda gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Selain itu,serangan militan Houthi Yaman masih dianggap sebagai ancaman serius

"Kendati ada gencatan senjata, belum tentu serangan Houthi akan berhenti serta merta," tegas juru bicara Hapag-Lloyd, perusahaan pelayaran kontainer terbesar kelima di dunia, seperti dilansir oleh Bloomberg lewat gCaptain pada Rabu (12/6).

Hapag-Lloyd memperkirakan akan membutuhkan waktu minimal 4-6 minggu bagi jadwal pelayaran untuk diatur kembali setelah Terusan Suez dibuka. Perusahaan Denmark, Maersk, sebelumnya menyatakan butuh solusi permanen sebelum mempertimbangkan kembali ke Laut Merah.

Kekhawatiran ini membayangi langkah PBB yang mendukung usulan gencatan senjata di Gaza. Bahkan, saham Hapag-Lloyd dan Maersk turun hingga 5-6 persen.

Situasi bergejolak di Laut Merah sebelumnya telah memaksa banyak perusahaan mengalihkan rute pelayarannya. Frontline Management, operator armada tanker minyak, menilai setiap kemungkinan gencatan senjata masih terlalu rapuh untuk memberi jaminan keamanan awak kapalnya.

"Sampai situasi benar-benar kondusif, kami akan menghindari pelayaran di Laut Merah," tegas Lars Barstad, CEO Frontline Management.

Keputusan ini mengutamakan awak kapal, namun menyebabkan waktu tempuh lebih lama dan biaya logistik membengkak. Dampak gangguan ini telah dirasakan secara global dalam rantai pasokan barang dan energi.

× Image