Home > Kebijakan

Krisis Laut Merah Memanas, Kapal Ditenggelamkan

Klaim Houthi tingkatkan ancaman perdagangan maritim global.
Konflik di Selat Hormuz peluang mengacaukan pelayaran dunia. (Ilustrasi) Sumber:Freepik
Konflik di Selat Hormuz peluang mengacaukan pelayaran dunia. (Ilustrasi) Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta—Krisis keamanan maritim di Laut Merah kembali memuncak menyusul klaim kelompok Houthi Yaman atas tenggelamnya kapal kargo M/V Magic Seas milik Yunani pada 6 Juli 2025. Meski belum dikonfirmasi oleh pihak independen, pernyataan ini menandai potensi kapal ketiga yang ditenggelamkan oleh kelompok yang didukung Iran sejak November 2023.

Menurut laporan UK Maritime Trade Operations (UKMTO), kapal Magic Seas diserang dalam serangkaian serangan yang melibatkan tembakan senjata ringan dari perahu cepat (skiffs), drone permukaan tanpa awak (unmanned surface vessels/USVs), dan misil. Seluruh 22 awak kapal berhasil diselamatkan oleh kapal dagang lain dalam operasi penyelamatan yang dikoordinasikan oleh EUNAVFOR ATALANTA dan UKMTO.

Michael Bodouroglou dari Stem Shipping, operator kapal Magic Seas, menyatakan kepada Reuters: “Serangannya seperti petir menyambar. Lebih dari empat jam kami diserang dari berbagai arah.” Kapal tersebut saat itu sedang mengangkut bijih besi dan pupuk dari Tiongkok ke Turki.

Kelompok Houthi menyatakan bahwa serangan ini dilakukan karena kapal melanggar larangan masuk ke pelabuhan yang mereka sebut sebagai "wilayah Palestina yang diduduki." Meskipun Magic Seas pernah singgah ke pelabuhan Israel di masa lalu, operator kapal menegaskan bahwa pelayaran kali ini tidak terkait dengan Israel.

Jika klaim ini benar, maka kapal Magic Seas menjadi korban ketiga dari kapal dagang yang ditenggelamkan Houthis. Sebelumnya, kapal MV Rubymar (berbendera Belize) tenggelam setelah dihantam rudal anti-kapal pada Februari 2024. Sementara kapal MV Tutor, juga milik Yunani, diserang pada 12 Juni 2025 dan tenggelam seminggu kemudian.

Ketua INTERCARGO, John Xylas, mengecam keras serangan ini. “Pelaut bukanlah target. Mereka hanya menjalankan tugas menjaga rantai pasok global. Kekerasan seperti ini tidak dapat diterima," tuturnya, seperti dilansir oleh gCaptain.

Di sisi lain, Israel mengklaim telah menyerang kapal Galaxy Leader, yang telah disita oleh Houthi sejak akhir 2023 dan ditahan di pelabuhan Ras Isa. Serangan ini merupakan balasan atas eskalasi serangan Houthis, meski tidak termasuk dalam kesepakatan gencatan senjata antara AS dan Houthis pada Mei lalu.

UKMTO juga mengonfirmasi adanya serangan baru di 51 mil laut barat Al Hudaydah, Yaman. Beberapa laporan menyebut kapal lain kembali diserang menggunakan granat roket dari kapal kecil.

Ancaman terhadap kapal dagang semakin tinggi, terutama bagi kapal-kapal yang memiliki afiliasi dengan Israel, AS, Inggris, atau sekutunya. Maritime Security Centre Indian Ocean merekomendasikan agar seluruh kapal dagang mendaftar dalam skema pelaporan sukarela agar bisa dimonitor dan merespons lebih cepat terhadap ancaman keamanan laut.

Kapal yang melintasi Laut Merah bagian selatan kini diminta berhati-hati karena kapal yang ditinggalkan mengapung tanpa lampu dan menjadi ancaman tambahan bagi pelayaran malam hari.

Serangan terhadap Magic Seas menjadi simbol dari meningkatnya penggunaan kapal sipil sebagai alat tekan dalam konflik geopolitik. Di tengah ketegangan Timur Tengah dan tidak pastinya gencatan senjata antara pihak-pihak yang terlibat, keamanan pelayaran global kini berada di ujung tanduk.

× Image