Efek Domino Tarif, Biaya Pelabuhan Bisa Naik Miliaran Dolar

ShippingCargo.co.id, Jakarta — Di tengah meningkatnya tensi dalam perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok, Asosiasi Pelabuhan Amerika (AAPA) kembali menyuarakan keberatannya terhadap rencana Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) untuk menaikkan tarif hingga 100 persen terhadap crane pelabuhan buatan Tiongkok, kapal pengangkut kendaraan, serta kapal buatan asing lainnya.
Dalam kesaksiannya di hadapan USTR pada 19 Mei, AAPA memperingatkan bahwa kebijakan ini justru bisa memperburuk beban ekonomi pelabuhan AS, bukan menghidupkan kembali industri manufaktur crane dalam negeri yang sudah lama tidak eksis. CEO AAPA Cary Davis menyebut, “Menaikkan tarif 100 persen tidak akan serta-merta membangkitkan industri crane AS yang telah mati puluhan tahun. Ini hanya akan menaikkan biaya bagi otoritas pelabuhan publik.”
Menurut estimasi AAPA, total biaya tambahan akibat kebijakan tarif ini bisa mencapai hampir $7 miliar. Contoh konkret datang dari Pelabuhan Houston yang telah memesan delapan unit crane dengan harga $14 juta per unit, yang dijadwalkan tiba pada musim semi 2026. Dengan tarif baru, total biaya tersebut bisa melonjak dari $112 juta menjadi lebih dari $300 juta, per Maritime Institute.
AAPA menekankan bahwa pelabuhan tidak punya banyak pilihan lain dalam hal pembelian crane. Dengan ZPMC dari Tiongkok menguasai lebih dari 70 persen pasar global, hanya ada segelintir alternatif seperti Mitsui, Konecranes, dan Liebherr , yang kapasitas produksinya pun belum tentu mampu memenuhi permintaan yang tiba-tiba melonjak.
“Kebijakan ini pada dasarnya adalah pajak atas pembangunan pelabuhan,” ujar Davis.
AAPA juga mendesak agar tarif baru ini tidak berlaku surut terhadap pesanan crane sebelum proposal diumumkan pada 17 April. Selain itu, mereka mengusulkan penundaan satu hingga dua tahun sebelum implementasi, sembari mendorong Kongres untuk mempertimbangkan insentif pajak guna membangkitkan produksi crane domestik.
Kritik AAPA tak hanya berhenti pada crane. Mereka juga menentang keras tarif atas kapal pembawa kendaraan buatan luar negeri, yang dinilai dapat melumpuhkan pelabuhan-pelabuhan spesialis otomotif di AS. Ketidakjelasan soal penerapan tarif ini — apakah akan tumpang tindih dengan tarif balasan atau tarif khusus fentanyl dari pemerintahan Trump — juga menambah keruwetan regulasi yang ada.
“Reshoring adalah tujuan mulia, tapi tidak boleh dilakukan dengan cara yang justru merugikan pelabuhan, industri AS, dan konsumen,” pungkas Davis.
Dengan perang tarif terus berkembang, AAPA menekankan perlunya pendekatan yang lebih terukur dan strategis. Tarif yang sembrono bisa memukul sektor pelabuhan yang selama ini menopang logistik dan ekspor-impor nasional. Bagi industri yang sudah beroperasi dalam tekanan, keputusan USTR dalam beberapa bulan ke depan akan sangat menentukan. Pelabuhan berharap, suara mereka tak hanya didengar — tapi benar-benar dipertimbangkan.

ShippingCargo.co.id adalah media online yang berfokus pada informasi tentang shipping, pelabuhan, logistik, dan industri-industri yang terkait.