Guru Besar UI: Indonesia Gabung BRICS Beri Keuntungan Sebesar 0,3 Persen
ShippingCargo.co.id, Jakarta— Guru Besar Ilmu Ekonomi Moneter Universitas Indonesia, Telisa Aulia Falianty, memprediksi bahwa masuknya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional hingga 0,3 persen. Menurut Telisa, keanggotaan ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat peran dalam ekonomi global, asalkan didukung oleh iklim persaingan usaha yang sehat kendatipun terdapat risiko yang signifikan.
Telisa menyebut, jika target pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini adalah 5 persen, maka kontribusi dari BRICS dapat menaikkannya menjadi 5,3 persen. "Ada prediksi bahwa keterlibatan RI di BRICS bisa menambah pertumbuhan 0,3 persen. Ini peluang yang harus dimanfaatkan," ungkapnya di Jakarta, Rabu (8/1/2025), seperti dilansir oleh Republika.
Pengaruh positif keanggotaan BRICS juga terlihat dari penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi sesaat setelah pengumuman Indonesia bergabung dengan kelompok tersebut. "Kemarin di pasar, rupiah langsung menguat begitu RI diumumkan menjadi anggota BRICS. Ini mencerminkan sentimen pasar yang optimis," ujar Telisa.
Namun, Telisa mengingatkan bahwa bergabung dengan BRICS juga membawa tantangan, terutama terkait potensi perang dagang dengan Amerika Serikat. Presiden terpilih AS, Donald Trump, mengancam akan menaikkan tarif impor untuk produk-produk dari negara anggota BRICS, yang dapat mempengaruhi ekspor Indonesia. "Ancaman ini harus diantisipasi dengan diplomasi yang baik agar tidak berdampak buruk pada ekonomi nasional," tambahnya.
Telisa menekankan pentingnya Indonesia memanfaatkan keanggotaan BRICS secara maksimal, namun tetap waspada terhadap risiko global yang muncul. "Kombinasi antara pengumuman keanggotaan BRICS dan pelantikan Trump akan memengaruhi harga komoditas serta prospek ekonomi global. Ini harus menjadi perhatian serius bagi Indonesia," pungkasnya.
Kekuatiran Telisa terhadap risiko rantai suplai global cukup berdasar. Pasalnya, kegiatan ekspor dan impor Amerika Serikat dengan Indonesia terus meningkat untuk tahun ketiga berturut-turut pada tahun 2022.
Ekspor AS mencapai 9,8 miliar dolar AS, naik 4,5%, sementara impor melonjak menjadi 34,5 miliar dolar AS, meningkat 27,7%. Akibatnya, defisit perdagangan membengkak menjadi 24,7 miliar dolar AS, naik 40,1% dibandingkan tahun 2021.
Menurut Infografis yang diterbitkan oleh Biro Industri dan Keamanan Amerika Serikat, menyumbang sebagian kecil dari total perdagangan global AS pada tahun 2022. Sekitar 0,5% dari total ekspor global AS dan 1,1% dari total impor AS berasal dari Indonesia. Produk pertanian dan produk kayu merupakan bagian penting dari ekspor AS ke Indonesia, sementara tekstil, alas kaki, dan penutup kepala mendominasi impor AS dari Indonesia, yang mengalami peningkatan signifikan sebesar 75,8% dibandingkan tahun sebelumnya.