Pakar Perkapalan Norwegia Ungkap Sektor Kontainer Jadi "Tumbal" Perang Dagang
![Ilustrasi perang dagang pelayaran global. Sumber: Freepik](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/250205131451-574.png)
ShippingCargo.co.id, Jakarta – Segmen pengiriman kontainer diperkirakan menjadi yang paling terdampak dalam perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, menurut analisis terbaru dari bank Norwegia DNB Markets. Pendapat ini l ini disampaikan oleh analis perkapalan DNB Jørgen Lian, yang menilai menilai bahwa sektor kontainer menjadi pihak yang paling dirugikan akibat eskalasi tarif AS.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump telah mencapai kesepakatan dengan Meksiko dan Kanada untuk menunda tarif terhadap kedua negara selama 30 hari, dan melanjutkan tarif terhadap Tiongkok. Kementerian Keuangan Tiongkok menanggapinya dengan mengumumkan bea masuk 15% untuk batu bara dan LNG dari AS mulai 10 Februari. Selain itu, tarif 10% juga akan diterapkan pada minyak mentah, peralatan pertanian, kendaraan penumpang, truk, dan trailer yang diimpor dari AS.
“Pentingnya AS sebagai pasar tujuan akhir serta potensi hilangnya permintaan konsumen yang tidak tergantikan membuat kami melihat pasar kontainer sangat rentan terhadap tarif AS, terutama terhadap China dan arus perdagangan kontainer di Pasifik,”papar Lian dalam laporannya di Trade Winds pada Senin (4/2/2025).
Berikut adalah dampak perang dagang tersebut kepada sektor-sektor yang terkait dengan pelayaran:
- Pengangkut Kendaraan: Perusahaan pengangkut mobil juga terancam. DNB menyoroti bahwa tarif terhadap kendaraan listrik China telah lama menjadi perhatian. Jika AS memperluas tarifnya ke Jepang dan Korea Selatan, maka permintaan pengiriman bisa turun hingga 10%.
- Tanker: Sebaliknya, tarif AS bisa menguntungkan pasar tanker. Pembatasan impor dari Kanada dan Meksiko dapat menyebabkan pergeseran arus perdagangan minyak, meningkatkan permintaan dari negara lain dan menambah ton-mil dalam perdagangan global.
- Dry Bulk: DNB menilai bahwa dampak utama bagi dry bulk berkaitan dengan perdagangan gandum. AS menyumbang 28% dari permintaan pengiriman terkait gandum dan 13% untuk batu bara, dengan China sebagai salah satu pembeli utama. Jika terjadi pembalasan dari China, perdagangan ini bisa terganggu, terutama bagi kapal Panamax dan Supramax. Namun, jika kesepakatan perdagangan yang lebih menguntungkan dengan China tercapai, justru bisa memberikan dorongan positif.
- LNG dan LPG: Pada ekspor-impor LNG dan LPG, tarif AS dan Tiongkok diperkirakan tidak, atau belum akan berdampak signifikan. DNB melihat bahwa meskipun AS adalah eksportir LNG terbesar di dunia, pasokan alternatif masih cukup tersedia, terutama ke Eropa, mengingat dalam perang dagang sebelumnya, impor LPG Tiongkok ari AS sempat turun menjadi nol pada 2019 silam. “Kami tidak memperkirakan pasar LNG akan terlalu terdampak oleh perang dagang ini,” ujar Lian.
DNB mengingatkan bahwa perang dagang sebelumnya telah menyebabkan penurunan permintaan kontainer. Saat ini, impor Amerika Utara mencakup 16% dari total perdagangan kontainer global, sehingga tarif baru bisa semakin membebani sektor ini. Selain itu, meningkatnya proteksionisme dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global, yang secara langsung akan berdampak pada perdagangan dunia.
“Kami percaya fleksibilitas pasar cukup tinggi untuk mengatasi tekanan akibat tarif yang diberlakukan terhadap produk-produk ini,” tutup bankir asal Norwegia tersebut.