Home > Shipping

Shipping Outlook 2025: Disrupsi Masih Mendominasi, Normalisasi Belum di Depan Mata

Pasar pengapalan kontainer belum akan sepenuhnya stabil dalam waktu dekat, tetapi untuk saat ini, berbagai disrupsi yang ada justru menjadi penopang utama tarif pengangkutan yang tetap tinggi.
Ilustrasi kapal kargo, salah satu aspek utama logistik laut. Sumber:Freepik
Ilustrasi kapal kargo, salah satu aspek utama logistik laut. Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta–Memasuki 2025, pasar pengapalan global, khususnya di sektor kontainer, masih jauh dari kata stabil. Menurut Daniel Richards, analis dari Maritime Strategies International (MSI), disrupsi yang terjadi sejak 2024 akan terus mempengaruhi pasar setidaknya hingga pertengahan tahun ini. Meski ada tanda-tanda perlambatan, berbagai faktor ketidakpastian seperti serangan Houthi, potensi pemogokan pelabuhan di AS, dan kebijakan tarif Donald Trump masih membayangi prospek pasar tahun ini.

Meski terlihat mulai mendingin dibanding awal 2024, tarif pengangkutan kontainer tetap lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Rute pengapalan dari Asia ke Eropa melalui Tanjung Harapan saat ini dipatok di kisaran $4.000 hingga $5.000 per kontainer 40 kaki, jauh lebih tinggi dibanding $1.500 hingga $2.000 sebelum serangan Houthi di Laut Merah. Ini menunjukkan bahwa pasar masih menguntungkan bagi operator kapal, meskipun belum sepenuhnya kembali ke kondisi normal.

Namun, disrupsi ini bukan tanpa risiko. Serangan Houthi diprediksi akan terus berlanjut di tahun 2025, membuat operator kapal enggan kembali menggunakan Terusan Suez sebagai jalur utama. Sebagai alternatif, banyak kapal memilih rute Tanjung Harapan, yang secara tidak langsung membantu menyerap kapasitas baru yang akan masuk ke pasar tahun ini. Meski demikian, Richards menegaskan bahwa diversifikasi rute ini tidak akan cukup untuk menyerap seluruh armada baru yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 6% pada 2025, meskipun lebih lambat dibandingkan 10,5% pada 2024, per SeaTrade Maritime.

Di sisi lain, kebijakan perdagangan AS di bawah pemerintahan Trump juga menjadi sumber ketidakpastian. Trump telah menyatakan niatnya untuk menerapkan tarif impor baru hingga 25% pada produk dari Kanada dan Meksiko, serta menaikkan tarif hingga 10% untuk barang-barang asal China. Namun, dampaknya terhadap sektor pengapalan kontainer masih belum jelas. Richards mengingatkan bahwa Trump kerap menggunakan ancaman tarif untuk memaksa mitra dagang memberikan konsesi, dan implementasi kebijakan ini mungkin tidak secepat yang dijanjikan selama kampanye. Jika kebijakan tarif benar-benar diterapkan, potensi pemogokan pelabuhan di Pantai Timur AS pada Januari juga bisa memperburuk situasi pasar.

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah munculnya aliansi pengapalan baru, seperti Gemini Cooperation dan Premier Alliance, yang akan mulai beroperasi pada 2025. Aliansi-aliansi ini menawarkan diferensiasi layanan, yang dapat menyebabkan penurunan tarif angkut jika anggota aliansi memprioritaskan mempertahankan pelanggan daripada margin keuntungan. Gemini Cooperation fokus pada model jaringan hub and spoke dan keandalan jadwal, sementara Premier Alliance, Ocean Alliance, dan MSC lebih menitikberatkan pada layanan point-to-point. Diferensiasi ini diperkirakan akan memberikan warna baru di pasar pengapalan yang sudah lama didominasi oleh tarif tinggi.

× Image