Home > Port

PLTN Dekat Pelabuhan? Berikut Penjelasannya

PLTN di masa depan diharapkan mampu membantu Industri Maritim Indonesia.
Ilustrasi pelabuhan. Sumber:Republika/ Putra M. Akbar
Ilustrasi pelabuhan. Sumber:Republika/ Putra M. Akbar

ShippingCargo.co.id, Jakarta – Indonesia berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama pada tahun 2030. Langkah ini diharapkan mendukung upaya ketahanan energi di tengah kebutuhan listrik nasional yang terus meningkat.

Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN),PLTN ini menjadi salah satu strategi utama Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dalam diversifikasi energi, terutama dengan potensi pemanfaatan Small Modular Reactor (SMR) sebagai alternatif yang lebih fleksibel dan aman , per Antara News.

Namun, implementasi PLTN memunculkan tantangan yang signifikan, termasuk dalam hal infrastruktur pendukung, sumber daya manusia, dan regulasi ketat. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki peluang untuk mengintegrasikan teknologi ini ke dalam sektor logistik maritim, yang dapat mempercepat adopsi energi rendah emisi di sektor pelayaran dan pelabuhan.

Small Modular Reactor (SMR) tidak hanya cocok untuk pembangkit listrik skala kecil, tetapi juga memiliki potensi besar dalam sektor logistik maritim. SMR yang dapat diproduksi massal dan diangkut langsung ke lokasi instalasi membuka kemungkinan penggunaannya pada kapal-kapal besar sebagai sumber energi rendah karbon serta dapat digunakan untuk mendukung operasional pelabuhan terpencil di Indonesia yang sering kali terkendala pasokan listrik .

Baca Juga: Energi Nuklir, Masa Depan Industri Maritim Indonesia?

Dalam konteks global, penggunaan tenaga nuklir di sektor pelayaran dianggap dapat meningkatkan efisiensi energi serta mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Sebuah laporan dari Lloyd's Register menyatakan bahwa propulsi nuklir menawarkan keuntungan berupa keandalan tinggi, operasional yang lebih panjang tanpa pengisian bahan bakar, dan emisi karbon yang rendah .

Pembangunan PLTN di Indonesia, terlepas status Indonesia sebagai negara penandatangan NPT per 2025 ini, dapat dimanfaatkan untuk mendukung rencana strategis pengembangan pelabuhan dan zona industri terpadu, terutama di kawasan timur Indonesia. Pelabuhan-pelabuhan ini sering menghadapi tantangan suplai energi, yang dapat diatasi dengan penyediaan listrik berbasis PLTN atau SMR, per Indonesia Business Post.

Dengan integrasi PLTN ke infrastruktur pelabuhan, Indonesia dapat memperkuat daya saing industri maritimnya. Sebagai contoh, pelabuhan yang didukung oleh PLTN akan memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan energi yang besar dan stabil, memungkinkan peningkatan aktivitas bongkar muat, pengolahan logistik, hingga operasional fasilitas industri yang berada di sekitar pelabuhan.

× Image